what are you to me? (you’re so beautiful)

LILI
3 min readDec 3, 2023

--

song eunseok / kim minjeong

“Maaf, Seok.”

Eunseok rasanya ingin bersumpah serapah kencang-kencang.

Bukan terhadap Minjeong, atau fakta bahwa memang gadis itu takkan pernah bisa melupakan sosok cinta pertamanya sampai kapan pun. Melainkan pada dirinya sendiri yang tak lagi merasakan apa-apa kala kata ‘maaf’ itu terucap.

Seolah ia sudah terlalu kebal untuk tidak merasakan hatinya yang tergoyahkan akan kata-kata itu.

“Nggak apa-apa.”

“Aku tahu harusnya aku jujur dari lama, tapi kupikir nggak ada urusan untuk jujur ke kamu soal hal yang cuma cerita lama.” Kedua tangan Minjeong meraih tangan Eunseok dan menangkupnya. “Aku minta maaf.”

“Seok, jangan diem aja,” pinta Minjeong dengan suara pelan nan serak. Tak menyukai Eunseok dan bungkamnya yang mencekik. “Aku nggak tahu apa yang kamu pikirin kalau kamu diem terus.”

“Aku cuma lagi mikirin beberapa hal,” jawab Eunseok dengan senyum tipis yang terpatri di wajahnya.

“Kamu mikirin apa?”

“Aku… nggak tahu harus berbuat apa soal hal ini.” Ia menggeleng. Kekehnya terdengar getir. “Aku pikir kamu udah lama, lama lupain Jung Sungchan. Aku pikir kamu tepatin janji kamu waktu bilang mau jalanin hubungan ini berdua sama aku.”

Netranya memandang dalam milik Minjeong, mencari jawaban dari segala resah tanya yang ia pendam selama ini. “Tapi, kenapa rasanya cuma aku yang berusaha? Kenapa malah rasanya aku kayak lagi berpentas sendirian di atas panggung… dan kamu duduk di kursi audiensnya?”

Minjeong menggeleng. “Aku udah lupain Sungchan. Aku udah enggak—”

“Jangan bohong,” potong Eunseok pelan. Senyumnya terulas pahit. “Aku lihat jurnal kamu. Aku udah baca isi tulisanmu. Kamu masih sayang dia, Minjeong. Kamu cuma nggak mau mengakuinya.”

Kelopak mata Minjeong yang memerah memandang Eunseok terkejut sebelum berubah penuh amarah.

“Kamu tahu aku selalu nulis segala hal di dalam jurnalku. Dia cuma bagian dari masa laluku. Kamu tahu ceritanya… kamu juga di sana…” Minjeong berujar penuh amarah. “Kamu tahu seberapa besar aku benci dia….”

“Aku paham itu. Tapi, mungkin hati kamu yang nggak bisa paham, Minjeong.”

Eunseok mengambil satu langkah mendekat. Kendati ia tahu, setiap langkah yang ia ambil, entah itu dekat atau jauh darinya, potongan hatinya terus menerus jatuh ke tanah.

“Dia enggak akan pernah bisa tinggal jadi bagian dari masa lalu kamu kalau kamu enggak ngelepasin dia. Karena sampai sekarang pun, kamu masih berpegangan sama bayang-bayang dia.”

Minjeong tak mengiyakan, pula tak menyanggahnya. Namun, Eunseok tahu. Ia selalu tahu.

“Aku nggak kecewa kalau kamu nulis jurnal tentang dia. Aku tahu seberapa besar arti Jung Sungchan untuk kamu. Aku nggak suka soal hal itu, tapi aku bisa ngerti.” Suaranya terdengar agak tersendat, sehingga perlu jeda waktu bagi Eunseok untuk menyelesaikan kalimatnya.

“Aku kecewa… karena kamu bohong. Kamu bilang Jung Sungchan udah jadi bagian dari masa lalu kamu, tapi entah kenapa, untuk suatu alasan, kamu nggak bisa berhenti untuk nengok ke belakang, ketika kamu lagi di sini sama aku.” Genggaman tangan Minjeong di tangannya terlepas. Tangan Eunseok kembali terasa membeku.

Sepasang netranya memandang Minjeong sendu. “Aku kecewa karena meskipun aku udah berusaha semampuku, kita berdua sama-sama tahu kalau kamu bakalan selalu milih dia dibanding aku. Kamu nggak akan pernah bisa lupain dia.”

Pundak puan itu bergerak naik turun selagi kedua tangannya menangkup wajahnya. Tangisnya mengoyak hening malam di pertengahan musim semi itu.

Tangan Eunseok bergerak, hendak mengelus rambut hitam jengat sang puan, tapi gerakannya terhenti di udara. Ia tak mampu lebih daripada ini. Hatinya tak punya cukup keberanian untuk melakukannya.

“Eunseok, aku minta maaf.” Minjeong mengulanginya berkali-kali di sela tangis selagi Eunseok cuma menepuk-nepuk bahunya pelan secara ritmis.

Kendati itu merupakan kalimat yang sama, tetapi permintaan maaf Minjeong kali ini terdengar beda.

Bukan pernyataan maaf karena telah menyakiti hati Eunseok, tapi pernyataan maaf karena apa yang dikatakan Eunseok adalah benar; semakin mencabik hati sang lelaki yang sudah sisa sepotong itu.

Eunseok tahu jika kisah cintanya dengan Minjeong hanyalah bagian kecil dari sebuah alur cerita dalam klimaks kisah kasih Minjeong dengan Sungchan sebagai adegan penyokong untuk kembali bersatunya sang dua karakter utama. Persis seperti di film-film klise romansa yang ia tonton.

Minjeong akan melupakannya, penonton akan melupakannya. Eunseok juga mungkin akan bisa melupakan Minjeong suatu hari.

Oh, tapi, sungguh.

Sungguh.

Kim Minjeong masih sama cantiknya dengan hari Song Eunseok pertama kali jumpai; pertama kali jatuh cinta.

--

--

LILI
LILI

No responses yet